60 Persen Peserta Tes Antigen Di Bandara Soetta Bukan Penumpang Pesawat
Kesehatan RABU, 23 DESEMBER 2020 , 14:18:00 WIB | LAPORAN: MAYA AUL
Tulus Abadi/AUL
RMOLBANTEN. Health Center di Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) sempat terjadi antrean mengular lantaran antusiasme masyarakat yang ingin melakukan rapid test antigen.
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan adanya antrean masyarakat yang hendak rapid test antigen di Bandara Soekarno-Hatta tak hanya berasal dari calon penumpang pesawat.
Pasalnya, menurut data yang didapatkan saat rapat dengan PT Angkasa Pura II, kata Tulus, banyak masyarakat yang memanfaatkan rapid test antigen yang murah di Bandara Soekarno-Hatta.
"Jadi keterangan yang saya dapatkan dari Pak Dirut APII, bahwa banyak masyarakat yang bukan calon penumpang pesawat melakukan rapid test antigen di Bandara Soetta," kata Tulus saat ditemui di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Rabu (23/12).
Tulus mengungkapkan, dari data yang ia dapatkan, sebanyak 60 persen masyarakat yang melakukan rapid test antigen di Bandara Soetta bukan merupakan penumpang pesawat terbang, khususnya di Bandara Soetta.
"Rata-rata mereka adalah penumpang kapal laut dan kereta api yang juga harus menyertakan rapid test antigen," ungkap Tulus.
Hal tersebut kata Tulus terjadi lantaran tak adanya fasilitas untuk melakukan rapid test antigen di pelabuhan ataupun stasiun.
"Makanya masyarakat datang semua kesini di hari yang sama," ujarnya.
Tulus menuturkan, masyarakat juga berbondong-bondong melakukan rapid test di Bandara Soetta lantaran harganya yang murah.
"Di Bandara Soetta hanya Rp. 200ribu, sementara di rumah sakit harganya jauh lebih mahal," tuturnya.
Tulus menjelaskan, adanya antrean rapid test antigen yang cukup panjang di Bandara Soetta lantaran adanya kepanikan masyarakat akan aturan pemerintah yang mendadak.
"Sehingga menimbulkan panic policy, masyarakat panik dan akhirnya berbondong-bondong melakukan rapid test di hari yang sama," ungkapnya.
Tulus menilai, sejak awal pandemi Covid-19 terjadi, Pemerintah memang tidak konsisten dalam membuat kebijakan untuk menghadapi Covid-19 hingga mmebuat masyarakat bingung.
"Hal ini tentunya menimbulkan kekacauan di lapangan itu menjadi masalah serius karena bisa menimbulkan klaster baru, khususnya di Bandara Soetta," jelasnya.
Ia pun meminta pemerintah untuk lebih serius dan konsisten dalam membuat kebijakan penanganan Covid-19 ini baik dari sisi ekonomi maupun sisi kesehatan sehingga tidak menimbulkan kesalahan baru yang menyebabkan tingkat keterpaparan dan positif di Indonesia semakin tinggi.
"Jadi saya kira pemerintah semakin menyadari di satu sisi ada kepentingan ekonomi dan satu sisi kepentingan kesehatan, namun sisi positifnya dengan aturan yang ada, masyarakat yang bepergian dijamin orang sehat, karena kalau kita tidak aman, maka tidak boleh melakukan perjalanan," pungkasnya. [ars]
Komentar Pembaca
Ribuan Pedagang Di Kota Tangerang Divaksinasi
SENIN, 01 MARET 2021
Awal Maret, Vaksinasi Covid-19 Untuk Pelayan Pub ...
SABTU, 27 FEBRUARI 2021
Puluhan Jurnalis Di Provinsi Banten Jalani Vaksi ...
KAMIS, 25 FEBRUARI 2021
5 Ribu Vaksin Covid-19 Di Tangsel Untuk ASN Hing ...
KAMIS, 25 FEBRUARI 2021
Enam Ribu Petugas Pelayan Publiik Di Kota Tanger ...
KAMIS, 25 FEBRUARI 2021
Sejumlah Pejabat Pemprov Banten Divaksin Covid-1 ...
KAMIS, 25 FEBRUARI 2021